google-site-verification=n6ca5iMP63sLFOsWnBlwpiLVpvVcCEHaHMKGzdC8ZcY INFO UNIK | PENGETAHUAN UNIK | PARIWISATA Virus Korona : Butuh sekian dekade untuk lahirkan orang berbakat, tapi virus merenggutnya hanya beberapa hari

Virus Korona : Butuh sekian dekade untuk lahirkan orang berbakat, tapi virus merenggutnya hanya beberapa hari

Virus corona telah merenggut nyawa sejumlah sosok terkenal di China. Mulai sosok binaragawan yang tak pernah sakit, seniman berberbakat, ilmuwan berdedikasi, hingga dokter yang kali pertama memperingatkan kemunculan virus baru ini.


Di seluruh China, lebih dari 2.400 orang meninggal karena terinfeksi virus corona. Sebagian besar dari mereka berada di Kota Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus tersebut.
Setiap kematian tentu menghancurkan perasaan orang-orang yang mereka cintai, dan di antara para korban meninggal di Wuhan, ada sejumlah orang yang tercatat sebagai tokoh di bidangnya.
Berikut beberapa di antara mereka.

Direktur rumah sakit: Liu Zhiming


Pekan lalu, seorang pejabat senior kesehatan China mengatakan 1.716 petugas kesehatan telah terinfeksi virus corona dan enam orang meninggal dunia.
Pada Selasa (18/02), Liu Zhiming ditambahkan dalam deretan daftar itu.
Dokter Liu, 51 tahun, adalah direktur Rumah Sakit Wuhan Wuchang - salah satu rumah sakit pertama yang ditunjuk sebagai pusat penanganan korban akibat virus.

Kematiannya dilaporkan pertama kali oleh media China pada Senin (17/02) malam, tetapi media kemudian menarik berita itu dan mengatakan tim dokter sedang berusaha menyelamatkannya.
Pagi berikutnya kematiannya dikonfirmasi. Dia adalah direktur rumah sakit pertama yang meninggal karena virus corona baru.
Belum banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadi Dr Liu, tetapi dia dielu-elukan sebagai pahlawan oleh banyak orang di media sosial.
"Tak kan kau jumpai lagi rasa sakit di surga, terima kasih atas pengorbananmu," kata pengguna media sosial Weibo.

Dokter pertama yang peringatkan bahaya virus corona: Li Wenliang

Dokter Li bisa dibilang tokoh paling terkemuka yang meninggal akibat wabah virus corona.
Pada Desember lalu, dia diminta polisi agar tidak menyebarkan "desas-desus palsu" setelah memperingatkan teman-temannya akan kemunculan virus baru. Kematiannya, seperti halnya kematian Dr Liu, sempat membingungkan media.
Pada 6 Februari, media melaporkan bahwa dia meninggal, namun kemudian mencabutnya, dengan mengatakan bahwa tim dokter sedang berusaha menyelamatkannya. Mereka mengonfirmasi kematiannya sehari kemudian.
Jutaan orang meratapi kematian Dr. Li, dan kematiannya kemudian memicu gelombang amarah, ratapan kesedihan, dan gelombang ketidakpercayaan akut terhadap pemerintah.
Banyak yang naik pitam lantaran pemerintah mencoba membungkam peringatan sebelumnya perihal virus itu dan menuduh mereka berusaha menutupi kematiannya.

Sutradara film: Chang Kai


Chang Kai, sutradara di Studio Film Hubei, tutup usia akibat virus bersama ayah, ibu, dan saudara perempuannya.
Sebuah catatan, yang dilaporkan ditulisnya dan diedarkan oleh karibnya, mengungkapkan cobaan yang harus ditanggung pria 55 tahun itu sebelum maut menjemputnya.
Menurut catatan, yang kemudian diterbitkan situs berita Caixin, ayahnya menderita demam, batuk dan kesulitan bernapas.
"Dia dibawa ke banyak rumah sakit untuk dirawat, tetapi [diberitahu] tidak ada tempat tidur yang tersedia," ungkap catatan itu. "[Kami] sangat kecewa ... [dan] pulang."
Beberapa hari kemudian ayahnya meninggal, diikuti oleh ibunya, yang "lelah secara fisik dan mental".
"Virus kejam itu juga mengganyang istri dan tubuh saya. Saya pergi ke berbagai rumah sakit dan memohon [untuk dirawat]. Tempat tidur sulit ditemukan ... kami bukan siapa-siapa," katanya dalam catatannya.
"Kami melewatkan kesempatan untuk penyembuhan dan napasku makin lemah."
Chang Kai dan istrinya kemudian dirawat di sebuah rumah sakit, tetapi menurut laporan setempat, kondisinya sudah begitu memburuk.
Dia wafat pada 14 Februari, sementara istrinya masih berjuang melawan penyakitnya. Dia meninggalkan seorang putra, yang dilaporkan sedang menempuh studi di Inggris.
Deretan kata-kata terakhirnya dalam catatannya mengungkapkan:
"Saya adalah yang anak berbakti kepada ayah saya dan ayah yang bertanggung jawab bagi putra saya. Suami terkasih bagi istri saya dan seorang pria tulus dalam kehidupan [ini]. Bagi mereka yang saya cintai dan mereka yang mencintaiku - selamat jalan. "

Sang pelukis: Liu Shouxiang



Profesor Liu Shouxiang adalah seniman tersohor di Hubei, yang dikenal karena karya-karya lukisan cat airnya.
Menurut situs berita Jiemian News, dia meninggal pada 13 Februari dalam usia 62 tahun.
Liu lahir di Wuhan pada 1958. Dia kemudian melatih bakatnya di Akademi Seni Rupa Hubei, tempat dia mengajar, sebelum akhirnya diangkat sebagai profesor.
Dia akhirnya menjadi termasyhur lantaran gaya cat airnya yang berbeda, demikian lapor Jiemian News. Karya-karyanya dipamerkan di beberapa museum dan galeri seni terbesar di negara itu.
Kematiannya diratapi oleh banyak orang di situs media sosial Weibo, dan salah-seorang diantaranya menyebutnya sebagai kematian sosok "sangat berbakat" di bidangnya.
"Butuh sekian dekade untuk mengembangkan sebuah bakat dan ironisnya hanya beberapa hari untuk mengakhiri hidupnya," ungkap salah-satu komentar.
"Berapa banyak orang bertalenta yang direnggut virus jahanam ini?" tanya lainnya. "Biaya finansial virus ini sangatlah besar, tetapi bisakah nilai orang-orang ini pernah diukur?"

Sang ilmuwan: Duan Zhengcheng

Pria berusia 86 tahun itu adalah mantan akademisi di Akademi Teknik China dan ilmuwan sekaligus pimpinan Pusat Penelitian Teknik Nasional untuk Manufaktur Digital.
Lahir pada 1934 di Jiangsu, dia lulus dengan gelar sarjana dari Universitas Pusat Sains dan Teknologi China dan kemudian mengajar.
Menurut situs berita The Global Times, dia mengembangkan untuk pertama kalinya di dunia teknik radiasi gamma knife pada 1996 - jenis terapi radiasi yang digunakan mengobati tumor.
Hal ini membuatnya meraih penghargaan nasional pada 2005.
Dia oleh murid-muridnya dikenal sebagai "sosok yang keranjingan dunia medis" karena dia tidak pernah menyerah pada apa pun, ungkap laporan itu.
Profesor Duan wafat pada 15 Februari.

Sosok binarawan: Qiu Jun



Qiu Jun, yang berasal dari Wuhan, menjadi sorotan pada tahun lalu ketika foto-foto binaragawan berusia 72 tahun itu mulai menjadi viral.
Menurut situs berita Phoenix News, dia baru mulai berolahraga setelah pensiun, bergabung dengan sebuah pusat kebugaran dan akhirnya melatih orang-orang serta berpartisipasi dalam kompetisi binaraga.
Dia diketahui mengunjungi pusat kebugaran layaknya beribadah dan berencana ikut lomba binaraga pada akhir Juni ini.
Namun dia mulai menunjukkan gejala-gejala terinfeksi virus pada 23 Januari dan akhirnya dirawat di rumah sakit setelah hasilnya positif.
Namun dia meninggal beberapa hari kemudian pada 6 Februari. Putranya dilaporkan mengirimkan pesan ini kepada teman-teman dan keluarga, dan memberi tahu tentang kematian ayahnya:
"Ayah yang tidak pernah sakit, tidak dapat menghindari dari bencana ini."
Sumber Berita : BBC INDONESIA


    Posting Komentar

    0 Komentar