INFO UNIK - Salah satu peradaban kuno paling fenomenal yang pernah ada di dunia adalah peradaban yang dimiliki oleh Suku Maya. Mereka telah mendominasi beberapa kawasan Mesoamerika yang kini dikenal sebagai Meksiko, Guatelama, Honduras, Belize, dan El Salvador untuk kurang lebih 3.000 tahun lamanya.
Bangsa ini memiliki kemampuan untuk membangun struktur arsitektur yang rumit, ini menandakan jika masyarakatnya sudah memiliki teknologi yang maju pada saat itu. Bangunan-bangunan yang berbentuk piramida, penguasaan matematika juga literatur, astronomi, sistem kalender, dan seni adalah fenoma pengetahuan dan kecerdasan mengesankan yang mereka tunjukkan saat itu.
Suku Maya |
Peradaban Suku Maya dibagi menjadi empat periode utama :
- Pra-Klasik (2000 SM – 250 M)
- Klasik (250 SM – 800 M)
- Klasik Terminal (800 – 1000 M)
- Pos-Klasik (1000 SM – 1539 M)
Periode Klasik ditandai dengan adanya pembangunan beberapa arsitektur yang monumental, perkembangan intelektual berupa ilmu pengetahuan dan ramalan, barang kerajinan yang artistik, serta pertumbuhan pemukiman sebagai kota besar.
Piramida Suku Maya |
Banyak peneliti yang percaya jika pada abad ke-6 Masehi, kekaisaran Maya mencapai puncak kejayaannya. Namun, kejayaan itu runtuh pada sekitar abad 8-9 Masehi. Bahkan, di tahun 900-an, tidak ada satu monumen atau bangunan pun yang ditinggalkan oleh peradaban Suku Maya. Jadi bisa disimpulkan pada Periode Klasik Terminal inilah, kejayaan peradaban ini mengalami kemunduran.
Artefak Suku Maya |
Sejak lama, para ilmuwan berdebat untuk mencari tahu penyebab keruntuhan dari peradaban suku maya tersebut. Selama ini telah banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjawab keruntuhan salah satu peradaban yang sangat maju pada masa itu. Salah satunya mengatakan jika penyebab hilangnya Suku Maya adalah karena adanya wabah penyakit, terjadi perang, atau konflik sosiopolitik pada saat itu.
Namun dalam studi yang baru-baru ini dilakukan, para ilmuwan gabungan dari Inggris dan Amerika, menemukan petunjuk baru yang terkubur jauh di dalam lumpur Danau Chichancanab, di ujung Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Reruntuhan Bangunan Suku Maya |
Sebagaimana dikutip dari dari Phys.org, penelitian ini menunjukkan bahwa peradaban suku ini kemungkinan besar runtuh dalam waktu singkat disebabkan oleh satu hal, yakni bencana alam, berupa kekeringan yang sangat parah.
Kekeringan yang parah dan dalam waktu yang lama ini, membuat Suku Maya kesulitan mengumpulkan air untuk minum dan mengairi tanaman mereka. Akhirnya membuat mereka meninggalkan kawasan tersebut.
Peneliti dari University of Cambridge (Inggris) dan University of Florida (AS) sebagaimana yang telah dijelaskan hasil penelitian mereka pada Journal Science. Peneliti telah mengembangkan metode untuk mengukur berbagai kandungan isotop air yang terperangkap dalam kristal mineral gipsum (kalsium sulfat). Kristal mineral gipsum yang terbentuk selama masa kekeringan ketika jumlah kadar air menurun di Danau Chichancanab, diteliti lalu dibandingkan dengan kandungan isotop air pada periode sebelumnya. Hal ini untuk mengetahui secara akurat bagaimana curah hujan, kelembaban relatif, dan penguapan yang terjadi waktu itu di wilayah peradaban Suku Maya.
Selama bencana kekeringan ini melanda, air akan lebih banyak menguap dari danau. Dikarenakan isotop air lebih ringan, atau bisa dikatakan varian kimia dari air menguap lebih cepat dari ketika kelembapan udara relatif tinggi. Proporsinya penguapan air yang lebih tinggi itulah yang menunjukkan adanya bencana kekeringan yang melanda wilayah tersebut.
Menurut Nick Evans dari University of Cambridge, peran perubahan iklim dalam kepunahan peradaban Maya meski kontroversial namun masih sangat mungkin terjadi. Kontroversi yang terjadi lebih karena masih minimnya catatan atau data yang mendukung informasi tersebut,. Masih ada pertanyaan dasar yang harus dijawab oleh peneliti, misalnya apakah kondisi cuaca saat itu basah atau kering. Namun meski begitu, studi ini menunjukan adanya sebuah kemajuan, karena memberikan perkiraan curah hujan dan level kelembaban cuaca di masa-masa kepunahan Bangsa Maya.
Sindementasi Lumpur |
Dibandingkan hari ini, para peneliti menemukan curah hujan tahunan menurun antara 41 hingga 54 %. Kekeringan tersebut diprediksi terjadi selama beberapa dekade dan membuat mereka mengalami kesulitan bertahan hidup dan akhirnya hilang dari peradaban. Curah hujan ini makin menurun lagi saat puncak kemarau, hingga 70 %. Tim peneliti juga menemukan, kelembaban relatif di kawasan itu saat ini menurun antara 2 hingga 7 % dibandingkan iklim pada saat itu.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan jika adanya aktifitas penggundulan hutan turut berperan dalam musnahnya suku kuno itu. Rusaknya lingkungan tersebut menurunkan jumlah uap air dan menyebabkan tanah menjadi rawan longsor. Ini menjadi teori tambahan penyebab kekeringan. Nick Evans berharap, temuannya bisa membantu para arkeolog memahami bagaimana kekeringan purba berdampak pada pertanian Suku Maya di masa kritis mereka. (Berbagai sumber)
0 Komentar