google-site-verification=n6ca5iMP63sLFOsWnBlwpiLVpvVcCEHaHMKGzdC8ZcY INFO UNIK | PENGETAHUAN UNIK | PARIWISATA Kecantikan Eksotis Wanita Suku Himba

Kecantikan Eksotis Wanita Suku Himba

INFO UNIK - Beberapa wilayah memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda. Begitu juga dengan standar kecantikan untuk wanita Suku Himba di Kaokoland Namibia, Afrika. Standar kecantikan mereka bukan pada kulit putih atau memiliki tubuh yang langsing, tapi cantik bagi mereka ketika seorang wanita memiliki rambut gimbal dan kulit merah.


Suku Himba pertama kali diketahui pada awal abad ke-16, saat mereka menyeberang perbatasan Angola. Saat itu mereka mendiami wilayah Kaokoland yang kini disebut Kunene, sampai saat ini. Pada waktu itu, kelompok ini belum disebut Suku Himba karena masih bergabung dengan Suku Herero.
Hingga pada akhir abad ke-19, Namibia terus-menerus dilanda wabah penyakit yang menyerang ternak sapi. Akibatnya, sebagian ternak sapi dari suku Herero banyak yang mati dan ini menyebabkan terjadi krisis pangan yang berkepanjangan. Musibah krisis pangan ini membuat suku Herero untuk pindah ke selatan dan mereka menjelajahi berbagai daerah untuk bertahan hidup. Namun ada beberapa anggota suku yang memutuskan untuk tetap tinggal di Kunene. Sejak saat itu suku yang tetap tinggal itu disebut sebagai Suku Himba.
Himba sendiri dalam bahasa Otjiherero, artinya adalah pengemis. Para ahli berpenadapat, setelah terjadi perpecahan dan adanya krisis pangan berkepanjangan, banyak dari mereka mencari pangan dengan meminta dari sesama atau anggota suku lainnya.

Wanita suku Himba yang telah memasuki masa puber, mulai menghiasi rambut mereka dengan pemasangan rambut sambung, yang terbuat dari kulit sapi, kambing, jerami dan bulu kambing yang disebut Erembe. Bahan-bahan tersebut akan disamak menjadi satu sesuai dengan bentuk yang mereka kehendaki.

Selain sebagai bentuk kecantikan, rambut gimbal suku Himba adalah simbol status dan kebanggaan mereka. Rambut extension ini akan ditata berbeda sesuai dengan usia dan status mereka di masyarakat. Untuk mempertahankan bentuk rambut gimbalnya, setiap hari wanita suku Himba akan melapisi rambut mereka dengan semacam ramuan yang disebut Otjize. Ramuan ini terbuat dari lemak hewan yang dicampur dengan tanah yang berwarna merah.
Selain untuk memepertahankan keindahan rambutnya, mereka meyakini melapisi ramuan Otjize memiliki fungsi untuk pengusir serangga. Agar rambut mereka tidak rusak, saat tidur, wanita suku himba menggunakan bantal yang terbuat dari kayu.


Bukan hanya rambut gimbal, mereka juga melapisi kulit dengan krim berwarna merah. Krim berwarna merah bata ini dibuat dari campuran mentega dengan tumbukan batu hematit yang dipanaskan dengan asap. Gadis-gadis suku Himba mulai memakai krim ini jika sudah cukup dewasa dan bisa merawat diri sendiri. Warna kulit merah bata ini juga yang membedakan antara laki-laki dan perempuan di suku Himba.
Selain simbol kecantikan, krim merah bata ini juga bisa melindungi kulit dari radiasi sinar matahari, menjaga kelembapan kulit dan mencegah tumbuhnya rambut di badan. Kulit dan rambut yang berwarna merah adalah standar kecantikan yang wajib bagi wanita suku Himba, agar dilirik oleh pria-pria.
Wanita yang tidak menikah adalah masalah besar bagi suku Himba. Keluarga si wanita wajib membayar denda adat berupa ternak yang sangat besar. Karena alasan itulah wanita suku Himba akan berusaha tampil cantik dengan dandanan merah andalan mereka, untuk menarik agar ada laki-laki yang mau menikah dengannya. 


Untuk mempertahankan warna merah pada kulitnya, wanita suku himba tidak mandi hingga berbulan-bulan. Mereka mandi hanya ketika hujan turun. Hal ini berkaitan dengan adanya tradisi Suku Himba yang melarang wanitanya menggunakan air untuk membersihkan diri, termasuk membersihkan pakaian mereka. Menurut para tetua suku Himba, tradisi ini berakar dari sering terjadinya kekeringan hebat. Sehingga air sangat langkah dan hanya lelaki yang diizinkan memakai air untuk membersihkan diri.
Sebagai gantinya mereka pun mandi dengan asap setiap harinya untuk menjaga kebersihan tubuh. Mereka mengasapi tubuh menggunakan arang yang membara bersama dedaunan dan ranting pohon Commiphora. Setelah asapnya naik, mereka akan membungkuk di atas perapian. Mereka akan menutupi diri dengan selimut agar asapnya terjebak di dalam selimut dan tubuh mulai berkeringat karena panas.




Agar lebih memiliki daya tarik kecantikan, para ibu di Suku Himba akan memberikan sebuah kalung Ohumba untuk anak gadis mereka. Nantinya, kalung itu akan diwariskan turun temurun kepada generasi selanjutnya. Kalung tersebut terbuat dari bahan tempurung putih dan beratnya bisa mencapai beberapa kilogram.

DOWNLOAD GAME SLOT ONLINE





Posting Komentar

0 Komentar