Sejak kota Wuhan Tiongkok lockdown pada Desember 2019 akibat tragedi Covid-19, pandemi ini kemudian menjalar dengan cepatnya ke seluruh belahan dunia. Telah menewaskan hingga menewaskan ribuan orang. Selain ratusan ribu lainnya yang terjangkit, karena virus ini tak pilih-pilih sasaran, siapa pun bisa terjangkit.
Dari bayi hingga yang sudah tua. Dari rakyat biasa hingga orang terkenal, bahkan olahragawan, anggota parlemen, seniman dan selebritas. Di Indonesia sendiri secara resmi diumumkan 69 orang positif terjangkit, serta tidak menutup kemungkinan bisa bertambah. Semoga saja tidak.
Dari 69 penderita, patut disyukuri 3 orang sudah sembuh, dan hari ini kemungkinan sudah diizinkan untuk pulang. Sedangkan 4 orang meninggal, salah satunya warga negara asing ( pasien 25) di Bali, selebihnya pasien 35, 36, dan 50 saat masuk ke rumah sakit sudah menggunakan ventilator selain riwayat penyakit lain yang menyertainya.
Sementara itu Tiongkok kini justru mulai bangkit dan menyatakan diri menang melawan Covid-19. Kini giliran negara lainnya yang mengalami keprihatinan ini, utamanya Italia, Korea Selatan, dan Iran yang jumlah penderitanya cukup besar sekali. Bahkan beberapa negara telah menerapkan kebijakan lockdown, seperti Italia, Mongolia, Filipina, Korea Selatan dan Jepang, guna mengurangi penyebaran Covid-19 di negara mereka.
Lockdown yang berarti kuncian, dimaksudkan bahwa negara yang terjangkit Covid-19 mengunci akses masuk dan keluar sebagai pengamanan yang ketat guna mencegah penyebaran virus, dan itu pasti diiringi dengan larangan mengadakan pertemuan yang melibatkan banyak orang, penutupan sekolah, hingga tempat-tempat umum. Dengan begitu, risiko penularan virus pada masyarakat di luar wilayah lockdown bisa berkurang.
Pemerintah Indonesia sendiri belum berencana untuk melakukan lockdown seperti negara lainnya. Sebab, pemerintah menilai cara tersebut memiliki risiko yang sama tingginya, seperti meningkatnya jumlah kasus Covid-19. Terlebih Indonesia memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dengan populasi penduduk yang sudah hampir mencapai 270 juta jiwa, dengan sebaran pulau yang berjumlah 13.000.
Sebenarnya ini sebuah 'Dilema' yang dihadapi pemerintah, jadi seperti dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Hal ini karena terkait dengan perekonomian negara. Artinya bila Indonesia memutuskan lockdown, maka secara otomatis semua aktifitas akan terhenti dalam kurun waktu tertentu, dan dampaknya akan terasa pada terpuruknya ekonomi nasional, khususnya kota yang di-lockdown. Positifnya, penanganan Covid-19 akan jauh lebih mudah serta penyebarannya bisa dipersempit hingga ke titik nol.
Begitu pun bila mengikuti saran dari World Health Organization atau WHO agar Indonesia mengumumkan "Darurat Nasional Covid-19," seperti yang baru saja diputuskan Amerika, sebab ini pun akan dihadapkan pada sebuah konsekuensi yang hampir sama. Yakni selain ekonomi yang akan terpuruk, juga akan terjadi kepanikan yang luar biasa. Hal ini mengacu pada kejadian saat pertama pemerintah mengumumkan adanya 2 orang yang positif Covid-19, langsung terjadi Panic Buying.
Sebaliknya bila diberlakukan normal seperti saat sekarang ini, positifnya semua aktifitas tetap berjalan normal, dan kondisi ekonomi tidak terlalu parah. Namun negatifnya bila tidak memutuskan darurat nasional mau pun lockdown, sangat mungkin sulit terhindari lagi penyebaran virus ini akan semakin merajalela.
Sambil menunggu keputusan pemerintah lebih lanjut, ada baiknya bila seluruh elemen bangsa bisa bersatu dan seragam dalam tindak fikirnya, agar lebih efisien dalam penanganan Covid-19. Belajarlah dari ketangguhan dan kecepatan Tiongkok dalam menghadapi gempuran Covid-19 yang maha dahsyat. Jadi semua hal harus satu pintu atas nama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan tidak ada yang manggung sendiri-sendiri. Semua pihak terkait secara simultan koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Kemudian semua elemen bangsa, utamanya media pewarta lebih mengedepankan berita yang positif dan menggugah semangat bersatu, bukan justru malah menimbulkan kepanikan. Begitu pun para elite politik harus bisa ikut berkontribusi dengan diam, daripada sok tau seolah lebih dokter dari dokter, hingga menimbulkan kegaduhan, terlebih lagi bila pernyataannya justru cenderung hoax.
Pemerintah pusat bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia segera mengeluarkan pedoman khusus nasional dalam hal pencegahan penyebaran Covid-19. Kedua, bekerja sama dengan badan intelijen dan pemerintah daerah untuk mitigasi penyebaran Covid-19. Ketiga, meningkatkan kapasitas laboratorium, serta pengetesan spesimen tidak hanya berlaku pada mereka yang telah kontak dengan penderita Covid-19, namun juga kepada semua orang dengan gejala influenza dan gangguan pernafasan.
Yang terakhir, rumah sakit khusus Covid-19 di Pulau Galang bisa dipercepat penyelesaiannya, bila perlu menambah pekerjanya, agar lebih cepat. Begitu pun rencana produksi masker sudah tak bisa ditunda, dan langsung dibagikan lewat organisasi atau relawan yang secepatnya dibentuk di setiap provinsi.
"Teriring doa, semoga bangsa Indonesia kuat dan tetap bersatu melawan Covid-19. Tidak panik, tetap waspada, dan rasional."
0 Komentar