Mitos atau Fakta ?
Nusantara memang memiliki banyak sekali keunikan dan keistimewaan. Mulai dari adat istiadatnya, budayanya, bahkan hingga sosok manusianya sendiri. Keistimewaan-keistimewaan itulah yang membuat Indonesia menjadi sangat kaya.
Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman itu telah membuat kekaguman yang tidak terhingga dari berbagai negara terhadap Indonesia.
Di tengah keunikan dan keistimewaan itu, dapat kita paparkan di sini yang menyangkut sosok manusia Indonesia itu sendiri, seperti sosok kerdil dari daerah di Indonesia.
Ilustrasi Orang Kerdil |
Meskipun cerita ini berasal dari saksi mata, sayangnya sampai saat ini tidak ada cukup bukti untuk di teliti secara ilmiah. Apakah cerita tentang orang kerdil itu nyata atau hanya bayang-bayang ?
Suku Bunian atau biasa dikenal dengan Orang Bunian tidak hanya terkenal di Sumatera, tetapi di Kalimantan juga mengenal mitos yang sama. Orang Bunian sendiri dipercaya sebagai mahkluk menyerupai manusia dengan ukuran kerdil bahkan sebagian orang meyakini tingginnya tidak melebihi dari 1 M. Sampai saat ini tidak ada bukti otentik yang bisa membuktikan keberadaan Orang Bunian ini. Tetapi penduduk sekitar mempercayai, bahwa keberadaan mereka bukan sekedar mitos, hal ini dikarenakan beberapa kali warga melihat secara tidak sengaja keberadaan Orang Bunian. Meskipun tentu saja kebenaran cerita ini sulit untuk dikonfirmasi kebenarannya.
Konon, masyarakat di Sumatera percaya jika ada orang yang hilang di hutan, itu karena diculik oleh Orang Bunian. Mereka yang hilang akan dibawah ke dunia Orang Bunian. Bahkan mereka juga percaya jika orang tersebut dijadikan peliharaan Orang Bunian. Cerita ini sudah turun temurun dipercaya oleh Masyarakat Minangkabau hingga saat ini.
Kisah tentang Orang Bunian ini tidak hanya membuat masyarakat sekitar penasaran, tetapi juga membuat peniliti asing tertarik untuk mencari tahu kebenaran Orang Bunian ini. Sejak abad ke-19 dunia barat telah melakukan penelitian terhadap orang kerdil dari Indonesia ini.
Ilustrasi Orang Kerdil |
Orang pendek nusantara telah dilihat dan dicatat selama lebih dari seratus tahun oleh berbagai kalangan, yaitu warga yang tinggal di hutan, penduduk desa, penjajah Belanda, ilmuwan barat, hingga wisatawan.
Benarkah orang pendek merupakan leluhur asli Indonesia? Belum ada informasi utuh yang dapat memberi bukti.
Berdasar temuan riset, catatan pandangan mata, hingga mitos yang beredar di masyarakat, inilah kisah orang pendek dari berbagai wilayah Indonesia. Sebagian dirangkum dari tulisan Antropolog Kanada dalam bukunya "Images of The Wildman in Southeast Asia" seperti ditulis Detik, sebagian lain dikutip dari berbagai sumber dengan tautan pada tulisan.
Download Game Seru : DI SINI !!!
1. Manusia Katai, Lampung
Pada pertengahan Maret 2016 yang lalu, beberapa Polisi Kehutan (Polhut) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Provinsi Lampung sedang berpatroli. Mereka tak sengaja memergoki belasan manusia kerdil sedang berjalan menyusuri pinggir rawa.
Manusia katai tersebut tingginya sekitar 50 cm. Berambut panjang dan gimbal. Tidak memakai pakaian dan memegang tombak kayu.
Petugas tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang kerdil tersebut pada sore itu. Apakah mereka sedang mencari ikan atau berburu burung rawa.
Namun, dari belasan orang kerdil itu, satu di antaranya mereka tampak menggendong bayinya.
Melihat kalau ada orang sedang memantau mereka, mereka pun cepat menyelinap ke dalam hutan.
2. Uhang Pandak, Orang Bunian di Kerinci Jambi
Orang kerdil di Kerinci ini sudah diulas banyak dalam Netralnews beberapa waktu lalu. Orang kerdil ini menjadi misteri sejak ratusan tahun lalu.
Para penutur yang mengaku pernah melihat uhang atau urang pendek menggambarkan orang pendek bentuknya seperti manusia, tetapi badannya berbulu.
Jalannya tegak, tinggi sekitar 80 cm, dan membawa peralatan berburu seperti tombak.
Bagi masyarakat Suku Anak Dalam yang tinggal di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat, uhang pandak sudah menjadi legenda sejak zaman dahulu.
Pada tahun 1923, Van Heerwarden, seorang peneliti zoologi yang sedang mengadakan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, secara tidak sengaja sempat melihat beberapa uhang pandak dengan ciri-ciri badannya berbulu, berjalan tegak, tingginya seperti anak usia 4 tahun, wajahnya tampak tua, rambut kepalanya hitam sebahu, dan membawa senjata tombak.
Sayang sekali, orang-orang pendek tersebut cepat menyelinap di antara kelebatan hutan sehingga tidak ditemukan lagi.
Penasaran dengan kisah orang pendek yang menghuni hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat, dua peneliti Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden, pada 1990 mulai mengadakan penelitian tentang uhang pandak selama beberapa tahun.
Tetapi semua penelitian itu tidak menemukan titik terang tentang keberadaan mereka secara tepat.
3. Siwil di Banyuwangi
Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Meru Betiri juga mempercayai adanya orang kerdil yang disebut Siwil atau Owil. Beberapa saksi mata yang pernah melihat Siwil juga menemukan jejak kaki-kaki kecil di tanah di pinggir kali.
Pada tahun 1987, seorang pemburu babi hutan secara tidak sengaja melihat sekelompok manusia Siwil ini.
Setelah mengendap-endap mendekati sungai, ia melihat puluhan manusia Siwil sedang asyik menangkap ikan. Seorang laki-laki Siwil yang sudah sangat tua duduk di atas batu besar sambil mengawasi mereka.
Ciri-ciri orang Siwil di hutan Meru Betiri, tingginya sekitar 80 cm, tidak berpakaian, berbulu tetapi tidak lebat seperti monyet, perutnya buncit, dan rambutnya keriting.
Mereka mengeluarkan suara kwek…kwek… Mungkin itu bahasa mereka.
4. Homo Floresiensis di Liang Bua, Flores
Homo floresiensis (manusia flores) adalah nama ilmiah yang diberikan oleh peneliti untuk penemuan fosil orang kerdil di sebuah gua di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Pulau Flores, di Nusa Tenggara Timur.
Manusia mini ini juga sering dijuluki hobbit dari Flores.
Homo floresiensis memiliki tubuh setinggi 100 cm dengan tengkorak yang kecil. Sejumlah fosil manusia mini ini ditemukan pada 2003. Fosil ini diperkirakan sudah berusia 13.000 saampai 94.000 tahun.
Di daerah Rampasasa sendiri sampai sekarang masih dijumpai manusia mini. Jumlah mereka sekitar 200 orang.
5. Oni di Hutan Tanjung Pallette, Bone, Sulawesi Selatan
Penduduk di daerah pegunungan Bone percaya, bahwa di tengah lebatnya hutan di kawasan Tanjung Pallete tinggal manusia kerdil yang disebut Oni.
Suku Oni tinggal di dalam gua-gua tersembunyi. Konon, pada zaman dahulu, suku Oni sering muncul dan sangat baik membantu warga di Dusun Dekko.
Kalau ada hajatan, suku Oni dengan sedang hati meminjamkan perabotan seperti piring dan mangkuk untuk pesta adat. Sayangnya, warga yang dipinjami perabot tidak mau mengembalikan barang-barang tersebut, sehingga suku Oni memilih menghindar dari warga desa.
Menurut cerita seorang penduduk dari Desa Mappesangka yang pernah mengunjungi gua tempat tinggal suku Oni, konon orang suku Oni tingginya hanya sekitar 70 cm. Beberapa warga setempat juga mengaku pernah melihat orang-orang kerdil ini keluar dari gua membawa obor untuk mengambil air.
6. Suku Mante di Pedalaman Aceh
Baru-baru ini beredar sebuah video di media sosial yang memperlihatkan sosok manusia kerdil pedalaman Aceh yang disebut suku Mante.
Selama ini, suku Mante tidak pernah tercatat dalam sensus penduduk di Aceh karena suku ini tidak pernah ditemukan.
Kata Mante pertama kali dicatat oleh Dr Snouck Hurgronje pada tahun 1893 dalam bukunya, De Atjehers. Dalam kamus Gayo, mante adalah sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan atau suku terasing.
Ciri-ciri suku Mante, antara lain berkulit cokelat dan memiliki tubuh yang pendek, tingginya kurang lebih hanya 1 meter. Rambut mereka lurus, bahkan ada yang panjang hingga ke punggung. Suku mante sangat gesit dan lincah berlari. Suku Mante berkomunikasi menggunakan bahasa tersendiri.
2 Komentar
Artikel ini memberikan informasi yang sedikit banyaknya menambah pengetahuan kita tentang Manusia kerdil di Indonesia, terlepas dari mitos atau faktanya.
BalasHapusMampir yukk say..
BalasHapusCerita Hot
Cerita Panas
Cerita Malam Jum'at
Cerita Mesum